Metode Pembuangan Tinja
Menurut Wegner
& Lanoix (Soeparman & Suparmin, 2001, h. 55), mengelompokan teknik
pembuangan tinja kedalam dua kategori, yakni teknik yang menggunakan sistem
jamban (privy method) dan teknik yang menggunakan sistem aliran air (water
carried method).
Metode yang menggunakan jamban
( privy method )
Kategori
I
Merupakan
metode dengan tipe utama atau tipe yang paling dianjurkan, apabila dikerjakan
secara semestinnya hampir memenuhi persayaratan sanitasi yang ada. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah:
Jamban
Cubluk
Dengan
perhatian sedikit pada penempatan dan
kontruksi, jenis jamban ini tidak akan mencemari tanah ataupun mengkontaminasi
air permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan dapat dicapai oleh lalat, bau
diabaikan dan tinja tidak terlihat.
Jamban
cubluk terdiri dari lubang dalam tanah yang digali dengan tangan, dilengkapi
dengan lantai tempat berjongkok dan dibuat rumah jamban diatasnya. Lubang
berfungsi untuk mengisolasi dan menyimpan tinja manusia sedemikian rupa
sehingga bakteri yang berbahaya tidak dapat berpindah ke inang yang baru.
Jamban
Air
Jamban
air merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki pembusuk. apabila
tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah dan air permukaan tidak akan
terkontaminasi. Jamban air memerlukan penambahan air setiap hari agar dapat
beroperasi sebagaimana mestinya.
Jamban
air terdiri dari sebuah tangki berisi air, di dalamnya terdapat pipa pemasukan
tinja yang tergantung pada lantai jamban. Tinja dan air seni jatuh melalui pipa
pemasukan ke dalam tangki dan mengalami dekomposisi anaerobik seperti pada
tangki pembusukan. Limpur hasil dekomposisi yang hanya mengandung sekitar 25 %
dari volume tinja yang dimasukkan, akan berakumulasi dalam tangki dan harus
dipindahkan secara berkala.
Jamban
Leher Angsa
Jamban
leher angsa atau jamban siram yang menggunakan sekat air bukanlah jenis
instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih merupakan
modifikasi yang penting dari slab atau lantai jamban biasa.
Jamban
leher angsa terdiri dari lantai beton biasa yang dilengkapi leher angsa. Slab
dapat langsung dipasang diatas lubang galian, lubang hasil pengeboran atau
tangki pembusukan.
Kategori
II
Merupakan
metode jamban tipe yang kurang dianjurkan, karena kurang dapat dijamin akan
terpenuhinya persyaratan sanitasi yang ada dan masih mengandung resiko yang
cukup besar untuk terjadinya penularan faecal borne disiase. Yang termasuk dalam
kategori ini adalah:
Jamban
Bor
Jamban
bor merupakan variasi dari jamaban cubluk yang lubangnya dibuat dengan cara di
bor. Lubangnya mempunyai penampang melintang yang lebih kecil atau sama dengan
diameter mata bor yang digunakan (10-30 cm) dan lebih dalam.
Jamban
ini tidak mencemari tanah dan air permukaan dan menghindari penanganaan tinja
segar. Bahaya lalat meningkat karena terjadi pencemaran pada permukaan dinding
lubang bagian atas yang tepat dibawah lubang. Keruntuhan dinding lubang sering
menjadi masalah gawat pada jamban bor. Jamban bor murah dan mudah dalam
pembuatannya apabila tersedia peralatan yang diperlukan.
Jamban
Keranjang
Sistem
jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah besar, tidak dilokasi
jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Pembuangan
jamban sangat memungkinkan penanganan tinnja segar. Penggunaan jamban ini
selalu ada bahaya terjadinya pencemaran tanah, air tanah dan air permukaan.
Penggunaan jamban jenis ini biasanya menimbulkan bau serta pemandangan yang
tidak sedap. Jamban ini dianjurkan pemakaiannya di daerah yang menggunakan
tinja sebagai pupuk tanaman.
Jamban
Parit
Jenis
jamban ini dapat digunakan secara saniter atau sangat tidak saniter, tergantung
pada kepatuhan pemakai pada ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan. Lubang
diatas tanah yang digunakan biasanya berbentuk bujur sangkar dengan ukuran
30x30 cm dengan kedalaman 40 cm. Tanah hasil galian ditumpuk disekitar lubang
dengan harapan pemakai mau melemparkan tanah itu untuk menutup tinja yang telah
dibuang.
Jamban
Gantung
Jamban
gantung sering digunakan pada daerah yang sering atau secara berkala tertutup
air, terutama air laut atau di daerah pasang surut. Faktor penting yang harus
diperhatikan adalah kadar garam, air penerima, kedalaman dan derajat
pengenceran yang mungkin dicapai. Jenis jamban ini hanya dapat dipertimbangkan
penggunaannya sebagai pilihan terakhir pada keadaan yang tidak biasa.
Kategori
III
Merupakan
tipe jamban yang baik diterapkan pada situasi-situasi khusus, misalanya pada
sarana transportasi, pada daerah pertanian dan sebagainya. Yang termasuk jamban
kategori ini adalah:
Kakus
Kompos
Kakus
kompos digunakan di daerah yang penduduknya suka membuat komposdari campuran
tinja dan sampah organik (jerami, limbah dapur, potongan rumput dan sebagainya)
di jamban yang digunakan.
Bila
dibuat dan dioperasikan tidak secara semestinya jamban ini dapat menarik lalat
yang dapat bertelur pada bahan isian, dapat timbul masalah bau dari penggunaan
jamabn ini. Jamban kompos mudah pembuatannya tetapi memerlukan pengoperasian
dan pemeliharaan.
Jamban
Kimia
Jamban
kimia merupakan instalasi pembuangan tinja yang efisien dan memenuhi semua
kriteria jamban saniter, kecuali satu yaitu biaya. Jamban kimia terdiri dari
sebuah tangki logam yang berisi
larutan soda kaustik. Tempat jongkok dan penutupnya ditempatkan langsung
diatas tangki. Tangki dilengkapi dengan pipa ventilasi yang ujungnya menjorok
samapai keatas rumah. Tangki dibuat dari campuran logam khusus yang tahan
korosi dan mempunyai kapasitas kira-kira 500 liter untuk setiap tempat jongkok.
Jamban
Kolam
Jamban
ini dimanfaatkan oleh orang yang banyak mengusahakan kolam ikan. Tinja yang
dibuang, secara langsung digunakan untuk makanan ikan yang dipeliharanya.
Terjadi kontroversi dalam pemakaian jamban ini, karena disatu sisi usaha ternak
ikan dapat ditunjang dengan teknik pembuangan tinja ini, namun disisi lain
terjadi pencemaran bakteriologis pada air permukaan yang mengandung resiko
besar terjadinya penularan penyakit melalui tinja dan air dari penderita kepada
orang yang sehat.
Jamban
Gas Bio
Jamban
gas bio terdiri dari rumah jamban, tangki pencerna, penampung gas dan sistem
perpipaan untuk menyalurkan gas bio dari tangki pencerna ke penampungan gas dan
dari penampungan gas ke tempat pemakaian gas. Ke dalam tangki pencerna, setiap
hari dimasukkan tinja, sampah organik yang berupa sampah daun dan kotoran
kandang. Dalam tangki pencerna yang merupakan campuran bahan organik akan
mengalami proses dekomposisi secara anaerobik dan menghasilkan gas bio.
Metode yang menggunakan atau
memerlukan bantuan aliran air ( water carried method )
Berbagai
metode yang termasuk dalam teknik pembuangan tinja dengan sistem aliran air
adalah:
Pembuangan
dengan pengenceran di badan air yang besar.
Sistem
pembuangan ini memanfaatkan kemampuan alami dari air untuk melakukan
pembersihan sendiri yang berdasarkan pada kemampuan dan jumlah oksigen terlarut
pada air penerima.Oksigen itu bereaksi dengan bahan organik dalam limbah cair
dan menstabilkannya dengan proses oksidasi. Bila tidak terdapat cukup oksigen
pada air penerima atau volume air penerima kecil untuk memberikan sejumlah
oksigen yang diperlukan, akan berlangsung dekomposisi secara anaerobik yang
pada tahap tertentu akan mengakibatkan gangguan keseimbangan biologis normal
pada lingkungan air. Air penerima akan menjadi kotor dan berwarna hitam serta
faunanya, terutama ikan yang memerlukan oksigen untuk hidup akan hancur total.
Penggunaan
kolam pembuangan.
Kolam
pembuangan merupakan lubang tertutup yang menerima buangan limbah cair kasar.
Kolam pembuangan dapat berupa tipe kedap air atau tipe rembes air. Pada keadaan
tertentu kolam pembuangan dibuat kedap air dan digunakan untuk menampung limbah
cair yang harus dipindahkan secara berkala kira-kira senam bulan. Tipe rembes
air digali sampai ke lapisan tanah yang rembes air agar limbah cair yang masuk
di dalamnya meresap ke dalam tanah. Bahan padat yang tertampung akan
berakumulasi dalam lubang, dan secara berangsur-angsur akan menutup pori-pori
tanah.
Penggunaan
sumur peresapan.
Sumur
peresapan menerima efluent dari jamban air, kolam pembuangan dan tangki
pembusukan dan meresapkannya kedalam tanah. Sumur peresapan kadang-kadang
digunakan untuk pembuangan limbah cair dari ruang cuci, kamar mandi dan dapur.
Sumur
peresapan terdiri dari sebuah lubang bulat dalam tanah yang digali cukup dalam
menembus 1,8 m atau lebih ke lapisan tanah yang berpori. Lubang biasanya dibuat
dengan diameter 1-1,5 m dan kedalaman 2-5 m. dinding lubang diperkuat dengan
pasangan bata atau batu kali tanpa adukan semen dibawah ketinggian pipa inlet.
Lubang yang tidak memerlukan penguat dinding dapat diisi dengan batu kali.
Sumur peresapan harus tertutup rapat yang akan mencegah masuknya nyamuk, lalat
serta air permukaan.
Penggunaan
sistem tangki pembusuk.
Sistem
tangki pembusuk terdiri dari tangki pengendapan, ruang tunggal atau ruang
ganda, diikuti bidang irigasi bawah tanah, parit penyaring, pasir penyaring
atau penyaring tetes.
Pemilihan
metode tersebut terutama bergantung pada derajat pengolahan limbah cair yang
ingin dicapai, lokasi sistem dan faktor setempat lainnya dan terakhir faktor
biaya. Faktor setempat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan perencanaan
instalasi pembuangan tinja antara lain mencakup sifat lapisan tanah, adanya dan
tingginya serta arah aliran air, topografi, perkiraan penyediaan sumber air
bersih, kuantitas limbah cair dan luas tanah yang tersedia untuk pekerjaan
pembuangan.